6 Tahun Jadi Peserta, Wati : Kartu JKN Sama Seperti ATM Kesehatan

Narasumber : Hatimawati (52), Pengusaha Bakery di Jember
Jember, Jamkesnews – Seiring dengan bergulirnya waktu dan usia, penting bagi seseorang mempersiapkan diri untuk potensi terserang berbagai macam penyakit. Sakit bisa datang kapan saja tanpa kita duga, sementara biaya pemeliharaan dan pengobatan kesehatan juga akan terus mengalami kenaikan. Untuk itu perlu antisipasi dan persiapan jauh-jauh hari dengan memiliki jaminan kesehatan yang dapat dipergunakan ketika dibutuhkan. Hal inilah yang diyakini Hatimawati (52) salah satu peserta program Jaminan Kesehatan Nasional – Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) sejak 6 tahun silam.
“Sejak ada BPJS (Kesehatan) dan membuka pendaftaran peserta mandiri, saya dan suami mendaftarkan diri jadi peserta. Karena ini untuk jaga-jaga, apalagi usia sudah tua. Resiko penyakit lansia aneh-aneh,” tutur Ibu yang akrab disapa Wati.
Sebagai seorang pengusaha UMKM Bakery yang telah digelutinya sejak lama, Wati menyadari jika penghasilan yang ia dapat tidak pasti setiap bulan. Sehingga akan lebih ringan jika memiliki jaminan kesehatan yang dapat dibayarkan rutin tiap bulan, dibandingan jika harus mengeluarkan biaya lebih besar saat mengalami sakit. Untuk itulah, Wati tidak keberatan jika harus membayar iuran meskipun di kelas 3.
“Tidak keberatan, malah justru meringankan. Bisa dicicil dan ditabung setiap bulan untuk urusan kesehatan saya dan suami. Mau dikelas berapapun, yang penting punya BPJS dulu,“ katanya.
Wati menceritakan, sejak awal terdaftar sampai tahun 2020 berakhir belum pernah memanfaat kepesertaannya di Program JKN-KIS. Namun pada awal Januari 2021, dirinya mengalami anemia dan dilarikan ke klinik tempat ia terdaftar. Saat itulah pertama kalinya Wati menggunakan kartu peserta untuk berobat.
“Untungnya sudah punya BPJS, meski hanya rawat jalan kita sudah tidak perlu lagi wira-wiri (mondar-mandir) membawa uang. Uang untuk membayar sudah masuk di kartu ini ini. Kayak ATM kesehatan,” ujarnya.
Begitu pentingnya memiliki jaminan kesehatan, membuat Wati meminta anak-anak dan tetangga sekitarnya untuk memiliki JKN sebelum jatuh sakit. Hal ini dari pengalaman yang ia dapat dan dirasakan oleh dirinya serta orang-orang sekitarnya yang sudah banyak terbantu dengan pembiayaan kesehatan melalui Program JKN.
“Ada tetangga yang sakit berat, sampai jual mobil untuk berobat lantaran belum punya BPJS. Ada yang sudah punya BPJS, tiba-tiba sakit kanker dan berobat tidak bingung sudah ada BPJS-nya. Ini manfaatnya sebelum sakit sebaiknya punya payung berupa BPJS. Jika nanti sakit berat atau ringan tinggal pakai kartunya,” pesannya. (ar/al)